30 Lampu Padamala dari Pepaya Hiasi Festival Green Tumbilotohe Desa Isimu Selatan Gorontalo
07Apr'24
Admin
0 Komentar
92x Dibaca
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo –Puluhan lampu padamala dari pepaya muda hiasi Tumbilotohe (pasang lampu) di Desa Isimu Selatan, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (6/5/2024).
"Semua ada 30 lampu padamala dari pepaya muda," kata ketua panitia Tumbilotohe Suhasman Palalu.
Selain dari media pepaya, festival tumbilotohe di Kabupaten Gorontalo juga dihiasi dengan ribuan lampu botol, dan lampu tumbler moderen.
"Kalau lampu botol jumlahnya sekitar 2.000 botol, lampu tumbler 150 dos dan lampu padamala dari pepaya jumlahnya 30 buah," rincinya.
Festival yang didegas oleh dinas pemuda olahraga dan pariwisata (Disporapar) Kabupaten Gorontalo ini berlangsung sangat meriah.
Puluhan bahkan ratusan masyarakat langsung menyerbu dan masuk ke area festival.
Kegiatan tersebut juga diisi oleh sejumlah kegiatan islami dan juga kesenian.
Sebelumnya diberitakan tumbilotohe di Kabupaten Gorontalo akan digelar dengan menggunakan pepaya muda.
Keunikan itu akan menghiasi malam Tumbilotohe di Kabupaten Gorontalo.
"Jadi kita akan kembalikan lagi tradisi ini seperti zaman dulu," ujar Kepala Dinas pemuda olahraga dan pariwisata (Disporapar) Kabupaten Gorontalo, Rita Idrus kepada TribunGorontalo.com, Selasa (2/4/2024).
Seperti diketahui pada zaman dahulu, gelaran tumbilotohe sering menggunakan berbagai macam media yang dinamakan padamala.
"Padamala itu macam-macam, ada yang dari cangkang kima kemudian ditaruhi minyak kelapa," ujar Rita.
Selain itu, ada pula kreasi tumbilotohe yang dibuat dari pepaya muda.
Caranya, pepaya muda dengan ukuran sedang dibelah menjadi dua bagian.
Bagian tengahnya yang kosong kemudian diisi dengan minyak kelapa dan sumbu.
Rita menyebut kreasi seperti itu akan dilakukannya pada festival malam Tumbilotohe di Kabupaten Gorontalo, yang terpusat di Desa Isimu Selatan, Kecamatan Tibawa.
"Memang tidak semua akan begitu, tapi minimal sebagian kita coba dengan metode zaman dahulu," ungkapnya.
Dengan begitu lanjut Rita, perlahan animo untuk kembali ke perayaan tumbilotohe zaman dulu, akan kembali disaksikan oleh generasi berikutnya.
Bukan tanpa alasan juga, selain hemat untuk pembelian bahan bakar, metode itu juga diyakini lebih efisien dalam mengurangi emisi yang ditimbulkan dari bakaran minyak tanah.
"Saat ini kita fokuskan dulu di Isimu Selatan," timpalnya.
Selain itu, perayaan tumbilotohe di Kabupaten Gorontalo digelar di seluruh wilayah hingga ke tingkatan desa/kelurahan, bahkan wajib di setiap rumah.
"Kita juga sudah ada edaran soal itu. Bahkan tanpa surat edaran pun, mereka sudah tahu, karena ini sudah menjadi tradisi," jelas Rita.
Komentar